Keracunan sianida merupakan salah satu keracunan yang jarang terjadi. Keterpaparan terhadap sianida seringkali ditemukan pada pasien-pasien yang menghirup asap dari api yang berasal dari pembakaran di dapur maupun dari industri. Tidak jarang juga, konsumsi obat golongan nitroprusside dan makanan yang mengandung sianida dalam jangka lama, dapat mengakibatkan keracunan ini. Dalam sejarah, sianida pernah digunakan dalam perang sebagai senjata kimia yang terlarang.
Sianida di alam ditemukan dalam berbagai bentuk, gas , cair dan padat. Senyawa sianida dalam bentuk Hidrogen sianida (HCN), juga dikenal sebagai asam prussic, merupakan cairan yang mudah menguap dan mendidih pada titik didih yang rendah yakni 25,6 ℃
Sianida di alam di produksi oleh bakteri, jamur dan alga tertentu, juga dapat ditemukan dalam berbagai jenis tanaman, biji-bijian dan buah-buahan seperti aprikot, apel dan peach. Pada tanaman, sianida biasanya berikatan dengan molekul gula dalam bentuk glikosida sianogenik dan membantu tnanaman mempertahankan diri dari hewan herbivora. Sianida dalam singkong juga dalam bentuk glikosida sianogen ini,
Beberapa senyawa lain yang mengandung sianida, dikenal sebagai sianogen, juga dapat melepaskan sianida selama metabolisme. Contoh senyawa ini diantaranya : Sianogen klorida dan sianogen bromida (keduanya merupakan gas dengan efek iritasi pulomonar poten), nitril serta sodium nitroprusside (obat vasodilator untuk hipertensi). Sodium nitroprusside akan mengasilkan keracunan sianida bila dikonsumsi dalam jangka lama atau digunakan dalam dosis tinggi secara intravena (>10mcg/kgBB/menit).
Dunia industri secara luas menggunakan senyawa nitril sebagai pelarut dalam memproduksi plastik. Saat pembakaran, nitril dapat melepaskan HCN atau saat dimetabolisme pasca diabsoprsi melalui kulit atau saluran cerna. Beberapa senyawa alami maupun sintetik akan menghasilkan HCN saat dibakar, Gas-gas pembakaran ini menyumbang terhadap angka kesakitan maaupun kematian akibat inhalasi asap. Selain itu, konsumsi bahan makanan mengandung sianida dalam jangka lama, seperti singkong dan aprikot, juga dapat menyebabkan keracunan sianida.
Mekanisme sianida menyebabkan keracunan tergantung dari bentuknya. Sianida dapat menyebabkan keracunan melalui pernafasan, tertelan, absorpsi melalui kulit dan melalui suntikan. Manifestasi klinis dapat bervariasi, tergantung pada dosis dan rute pajanan. Efeknya dapat minimal sepertu iritasi saluran nafas atas hingga kolaps sistem kardiovaskular yang berujung pada kematian dalam hitungan menit, Pada beberapa kasus yang berat, penanganan yang agresif disertai pemberian antidotum, dapat menyelamatkan nyawa korban keracunan sianida ini.
Sianida sebagai senjata kimia
HCN (hidrogen cyanide), merupakan salah satu dari dua jenis sianida yang pernah digunakan dalam perang. Satunya lagi adalah sianogen klorida. Sianida sangat mematikan bila digunakan dalam ruang tertutup dimana konsentrasinya yang tinggi dalam udara dapat dicapai dengan mudah.
Sianida pertama kali digunakan di medan perang yakni pada perang dunia pertama dalam bentuk gas HCN. Pada tahun 1915, militer Perancis menggunakan kurang lebih 4000 ton sianida tanpa sukses yang berarti. Kegagalan ini kemungkinan disebabkan oleh karena sifat gas sianida yang mudah menguap dan membutuhkan sejumlah besar amunisi untuk dapat menghantarkan sianida, agar tercapai konsentrasi yang dapat menimbulkan efek biologis pada musuh. Pada 1916, barulah ditemukan Sianogen klorida, senyawa yang lebih kurang menguap dan lebih beracun sehingga menjadi senjata kimia yang lebih efektif dibanding pendahulunya. Negara lain yang pernah mengunakan sianida dalam perang adalah Jepang, ketika menginvasi China dan selama perang dunia kedua. Serta Iraq, di bawah Saddam Hussein, saat menyerang etnis minoritas Kurdi di tahun 1980an.
Sianida di alam ditemukan dalam berbagai bentuk, gas , cair dan padat. Senyawa sianida dalam bentuk Hidrogen sianida (HCN), juga dikenal sebagai asam prussic, merupakan cairan yang mudah menguap dan mendidih pada titik didih yang rendah yakni 25,6 ℃
Beberapa senyawa lain yang mengandung sianida, dikenal sebagai sianogen, juga dapat melepaskan sianida selama metabolisme. Contoh senyawa ini diantaranya : Sianogen klorida dan sianogen bromida (keduanya merupakan gas dengan efek iritasi pulomonar poten), nitril serta sodium nitroprusside (obat vasodilator untuk hipertensi). Sodium nitroprusside akan mengasilkan keracunan sianida bila dikonsumsi dalam jangka lama atau digunakan dalam dosis tinggi secara intravena (>10mcg/kgBB/menit).
Dunia industri secara luas menggunakan senyawa nitril sebagai pelarut dalam memproduksi plastik. Saat pembakaran, nitril dapat melepaskan HCN atau saat dimetabolisme pasca diabsoprsi melalui kulit atau saluran cerna. Beberapa senyawa alami maupun sintetik akan menghasilkan HCN saat dibakar, Gas-gas pembakaran ini menyumbang terhadap angka kesakitan maaupun kematian akibat inhalasi asap. Selain itu, konsumsi bahan makanan mengandung sianida dalam jangka lama, seperti singkong dan aprikot, juga dapat menyebabkan keracunan sianida.
Apa itu sianida
Sumber racun sianida
Gejala keracunan sianida
Terapi keracunan sianida
Mekanisme sianida menyebabkan keracunan tergantung dari bentuknya. Sianida dapat menyebabkan keracunan melalui pernafasan, tertelan, absorpsi melalui kulit dan melalui suntikan. Manifestasi klinis dapat bervariasi, tergantung pada dosis dan rute pajanan. Efeknya dapat minimal sepertu iritasi saluran nafas atas hingga kolaps sistem kardiovaskular yang berujung pada kematian dalam hitungan menit, Pada beberapa kasus yang berat, penanganan yang agresif disertai pemberian antidotum, dapat menyelamatkan nyawa korban keracunan sianida ini.
Sianida sebagai senjata kimia
HCN (hidrogen cyanide), merupakan salah satu dari dua jenis sianida yang pernah digunakan dalam perang. Satunya lagi adalah sianogen klorida. Sianida sangat mematikan bila digunakan dalam ruang tertutup dimana konsentrasinya yang tinggi dalam udara dapat dicapai dengan mudah.
Sianida pertama kali digunakan di medan perang yakni pada perang dunia pertama dalam bentuk gas HCN. Pada tahun 1915, militer Perancis menggunakan kurang lebih 4000 ton sianida tanpa sukses yang berarti. Kegagalan ini kemungkinan disebabkan oleh karena sifat gas sianida yang mudah menguap dan membutuhkan sejumlah besar amunisi untuk dapat menghantarkan sianida, agar tercapai konsentrasi yang dapat menimbulkan efek biologis pada musuh. Pada 1916, barulah ditemukan Sianogen klorida, senyawa yang lebih kurang menguap dan lebih beracun sehingga menjadi senjata kimia yang lebih efektif dibanding pendahulunya. Negara lain yang pernah mengunakan sianida dalam perang adalah Jepang, ketika menginvasi China dan selama perang dunia kedua. Serta Iraq, di bawah Saddam Hussein, saat menyerang etnis minoritas Kurdi di tahun 1980an.