Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit berupa peradangan superfisial dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat predileksi di daerah-daerah seboroik yakni daerah yang kaya akan kelenjar sebasea, seperti pada kulit kepala, alis, kelopak mata, naso labial, bibir, telinga, dada, axilla, umbilikus, selangkangan dan glutea. Pada dermatitis seboroik didapatkan kelainan kulit yang berupa eritem, edema, serta skuama yang kering atau berminyak dan berwarna kuning kecoklatan dalam berbagai ukuran disertai adanya krusta.
Dermatitis seboroik disebabkan oleh adanya peningkatan produksi sebum pada daerah kulit kepala dan daerah wajah yang terdapat banyak folikel sebasea.Meskipun, demikian, penyebab pasti dari dermatitis seborik belum diketahui tetapi seringkali dihubungkan antara reaksi inflamasi pada kulit dengan Pityrosporum ovale. Beberapa faktor lain turut menjadi predisposisi sebagai pemicu dermatitis seboroik seperti faktor genetik dan lingkungan, hormonal, kelainan imun dan neurologik.
Dermatitis seboroik paling sering terjadi pada dua puncak umur yakni pada kelompok anak dan dewasa. Pada kelompok anak sering didapatkan pada 3 bulan pertama kehidupan dan kelompok dewasa dalam dekade keempat hingga ke tujuh.
Dematitis seboroik pada anak khususnya pada kelompok bayi, dapat sembuh spontan dalam usia 6 hingga 12 bulan, sementara dermatitis seboroik pada orang dewasa dapat bersifat kronik dan membutuhkan perawatan seumur hidup.
EPIDEMIOLOGI
Dari seluruh jumlah populasi di Amerika Serikat hanya didapatkan sekitar 1-3 % yang menderita dermatitis seboroik dan 3-5 % diantaranya adalah dewasa muda tanpa adanya batasan umur.
Dermatitis seboroik bisa ditemukan pada seluruh ras, dan lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita.Hal ini mungkin disebabkan karena adanya aktifitas kelenjar sebasea yang diatur oleh hormon androgen.
Dermatitis seboroik dapat dijumpai pada bayi dan usia remaja. Pada bayi terjadi pada usia antara 2 sampai 10 minggu setelah kelahiran ( biasanya 3 atau 4 minggu ) dan dapat juga berlanjut seumur hidup. Selain itu bisa juga sembuh secara spontan dan biasanya tidak rekuren sampai mencapai usia postpubertas.
ETIOLOGI
Penyebab dari dermatitis seboroik belum diketahui secara pasti,tetapi sejenis jamur yaitu Pityrosporum ovale mungkin merupakan faktor kausatif. Jamur ini termasuk dalam kelas Malassezia sp. Dalam hidupnya sangat bergantung pada lemak,oleh karena itu sering ditemukan di daerah kulit yang kaya sebum seperti di badan, punggung, wajah dan kulit kepala. Manifestasi seboroik dermatitis yang dipicu oleh jamur ini juga dapat berupa dandruff ( pityriasis sicca ) yang diduga merupakan tipe non-inflamasi dari dermatitis seboroik.
Meskipun jamur ini merupakan flora normal kulit, bila jumlahnya berlebih ataupun karena respon imun host yang abnormal, maka dapat bermanifestasi sebagai dermatitis seboroik. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbaikan setelah pemberian antifungal seperti ketokonazol baik topikal maupun sistemik. Faktor genetik dan lingkungan sekitar mungkin dapat pula sebagai pemicu dermatitis seboroik, disamping faktor hormonal dan imun.
Berikut ini beberapa hal yang berpotensial menyebabkan dermatitis seboroik.
Walaupun banyak teori yang disebutkan, tetapi penyebab pasti dari dermatitis seboroik belum diketahui secara pasti.
Dermatitis seboroik dihubungkan dengan adanya kulit yang tampak berminyak (seboroik oleosa), walaupun peningkatan produksi sebum tidak selalu didapatkan pada beberapa pasien. Pada anak-anak, produksi sebum dan dermatitis seboroik saling berhubungan. Pada pemeriksaan histologik, kelenjar sebasea berukuran besar. Selain itu didapatkan juga perubahan komposisi lipid pada permukaan kulit yang menunjukkan adanya peninggian kadar kolesterol, trigliserida dan parafin, yang disertai penurunan kadar squalene, asam lemak bebas dan wax ester.
Dermatitis seboroik yang disebabkan oleh Pityrosporum ovale berkaitan dengan reaksi imun tubuh terhadap sel jamur di permukaan kulit maupun produk-produk metabolitnya di dalam epidermis. Reaksi peradangan yang timbul melalui perantaraan sel langerhans dan aktivasi limfosit T. Bila Pityrosporum ovale telah berkontak dengan serum, maka akan dapat mengaktifkan sistem komplemen melalui jalur aktivasi langsung maupun alternatif. Pada anak, selain Pityrosporum ovale, sering pula ditemukan Candida albicans pada lesi-lesi kulit .
Peningkatan proliferasi epidermal pada dermatitis seboroik, menjelaskan mengapa penyakit ini cukup responsif pada terapi dengan sitostatik. Selain itu, dermatitis seboroik sering berkaitan dengan kelainan-kelainan neurologik seperti penyakit parkinson pasca ensefalitis, epilepsi, trauma supraorbital, paralisis nervus fasialis, polimielits, siringomielia, dan kuadriplegia. Kelainan pada sistem neurologik menyebabkan abnormalitas pada neurotransmitter dan bermanifestasi sebagai gangguan fungsi kelenjar sebum.Hal ini berdasarkan fakta, bahwa beberapa obat yang dapat menginduksi parkinson ternyata juga dapat menginduksi dermatitis seboroik, sementara pemberian L-dopa selain memperbaiki kondisi parkinson, juga lesi kulit dengan dermatitis seboroik.
GAMBARAN KLINIK
Secara umum tempat predileksi dari dermatitis seboroik meliputi kulit kepala, alis, bulu mata, lipatan nasolabial, bibir, telinga, dada, ketiak, lipatan bawah payudara, pusar, lipatan paha, dan lipatan bokong. Bisa dengan atau tanpa disertai rasa gatal.
Lesi di kulit kepala dapat bermanifestasi menjadi dua tipe :
Pada anak sering dimulai dengan skuama eritem yang non eksematous pada kulit kepala (cradle cap) atau di daerah selangkangan yang bermanifestasi sebagai skuama kering atau bercak bulat/oval berbatas tegas dengan ukuran bermacam-macam yang ditutupi oleh krusta berminyak berwarna coklat kekuningan. Dimana di daerah frontal dan parietal tanpa disertai kemerahan. Cradle Cap ini biasanya muncul dalam 3 sampai 4 minggu setelah kelahiran, dan dapat meluas disertai eritema ke daerah wajah, dada, selangkangan dan daerah-daerah flexural. Meskipun dermatitis seboroik pada anak memiliki ciri yang mirip dengan dermatitis seboroik pada orang dewasa tapi jarang dengan lesi folikular.
Di daerah supra orbital, skuama berlapis tampak di alis dengan dasar yang eritema dan gatal. Dapat terjadi marginal blepharitis bila sudut dari kelopak mata menjadi eritem dan granular. Skuama halus berwarna merah muda kekuningan sering menutupi kelopak mata.
Lesi di bibir jarang ditemukan, tapi bila ada akan bermanifestasi sebagai Cheilitis Eksfoliativa dimana bibir tampak menjadi kering, kemerahan, berskuama dan pecah-pecah.
HISTOPATOLOGI
Gambaran histopatologis dermatitis seboroik tidak spesifik berupa hiperkeratosis, akantosis, fokal spongiosis dan parakeratosis. Dibedakan dengan psoriasis yang memiliki akantosis yang regular, rete ridges yang tipis, eksositosis, parakeratosis dan tidak dijumpai spongiosis. Neutrofil dapat dijumpai pada kedua jenis penyakit.
Secara umum terbagi atas tiga tingkat : akut, sub akut dan kronik. Pada akut dan sub akut, terdapat sedikit infiltrat perivaskuler berupa limfosit dan histiosit, ada spongiosis dan hiperplasia psoriasiformis. Dapat pula ditemukan folikel yang tersumbat oleh proses ortokeratosis dan parakeratosis ataupun oleh krusta-skuama yang mengandung neutropil yang menutupi ostium folikularis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis banding dermatitis seboroik tergantung pada lokasi dari kelainan dan umur dari pasien. Pada anak, diferensial diagnosisnya adalah dermatitis atopik, tinea kapitis dan psoriasis.
Ciri khas yang paling berguna sebagai pembeda dermatitis seboroik dari dermatitis atopik adalah adanya lesi yang makin meningkat jumlahnya di daerah dahi dan dagu pada tahap awal, dan di axilla pada tahap lebih lanjut. Selain itu dermatitis seboroik biasanya hilang spontan dalam usia 6-12 bulan. Tes-tes dengan bahan-bahan allergen dan pemeriksaan kadar IgE merupakan tanda khas dermatitis atopik.
Untuk menyingkirkan tinea kapitis dapat dilakukan pemeriksaan kerokan kulit da kultur jamur.
Psoriasis meskipun jarang pada bayi, memiliki ciri yang mirip dengan dermatitis seboroik. Bedanya terletak pada plak-plak yang eritem di celah pantat; lesi yang terlokalisir dengan fenomena Koebner, Auspitz dan tetesan lilin; dapat mengenai kuku , riwayat keluarga positif, dan tidak berespon terhadap pengobatan topikal khusus untuk dermatitis seboroik.
Beberapa penyakit kulit lainnya sebagai diferensial diagnosis dari dermatitis seboroik pada anak :
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gambaran klinis maupun hasil dari pemeriksaan penunjang. Dari riwayat didapatkan bahwa dermatitis ini terjadi pada bayi terutama yang berusia 1 bulan, tampak sebagai peradangan yang mengenai kulit kepala dan lipatan-lipatan intertriginosa yang disertai skuama berminyak dan krusta. Daerah-daerah lain seperti seperti bagian tengah wajah, dada dan leher juga dapat terkena. Pada kasus yang berat sering didapatkan bercak-bercak kemerahan berlapis dan tidak gatal di wajah, badan dan tungkai.
Karakteristik skuamanya khas. Kulit kepala di daerah frontal dan parietal akan ditutupi dengan krusta yang berminyak, tebal dan sering dengan fissura ( crusta lactea / milk crust, cradle cap ). Rambut tidak rontok dan peradangan jarang. Dalam perjalanannya, kemerahan semakin meningkat dan daerah dengan skuama akan membentuk bercak eritem yang jelas dan diatasnya dilapisi skuama berminyak. Dapat terjadi perluasan hingga ke frontal melampaui daerah yang berambut. Lipatan retroaurikular, daun telinga dan leher juga sangat mungkin terkena. Otitis eksterna, dermatitis intertriginosa maupun infeksi-infeksi oportunistik dari C. albicans, S. aureus, dan bakteri-bakteri lainnya, sering muncul bersama-sama dengan dermatitis seboroik.
PENATALAKSANAAN
Dermatitis seboroik pada anak biasanya sembuh sendiri secara spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan cenderung tidak rekuren hingga mencapai usia pubertas. Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip mengkontrol, bukan menyembuhkan, yakni dengan membersihkan dan menghilangkan skuama dan krusta, menghambat kolonisasi jamur, mengkontrol infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal.
Khusus untuk perawatan kulit kepala dapat dilakukan berbagai terapi: skuama dihilangkan menggunakan sisir yang lembut khusus untuk bayi, pembersihan krusta menggunakan larutan asam salisilat 3-5% dalam minyak zaitun ataupun pelarut air, pengkompresan kulit kepala dengan minyak zaitun hangat (untuk skuama yang tebal), pengolesan kortikosteroid berpotensi rendah (hidrokortison 1%) dalam bentuk krim atau lotion dalam beberapa hari, penggunaan sampo ringan khusus untuk bayi, dan perawatan kulit kepala bayi lainnya yang cocok menggunakan emolien, krim ataupun pasta lembut. Bila ada infeksi sekunder khususnya yang disebabkan oleh staphylococcus, dapat diberikan anti biotik oral.
Untuk dermatitis seboroik yang berlangsung sangat lama dan penggunaan steroid telah memberikan efek samping yang merugikan, pertimbangan menggunakan obat-obatan lain yang efektif terus dilakukan. Beberapa preparat seperti tacrolimus, pimecrolimus dan inhibitor calcineurin yang efektif pada pengobatan dermatitis atopik, ternyata juga efektif diberikan untuk mengatasi penyakit dengan inflamasi lainnya, termasuk dermatitis seboroik.(10,13) Sementara metronidazole, dilaporkan cukup efektif dalam terapi dermatitis seboroik sebagai pengganti ketokonazole.
PROGNOSIS
Dermatitis seboroik pada anak memiliki prognosis yang baik. Dapat sembuh sendiri secara spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan mungkin dapat timbul kembali saat memasuki usia pubertas. Meskipun demikian, bila terkena dermatitis seboroik pada saat kanak-kanak , bukan berarti memiliki indikasi akan terkena dermatitis seboroik tipe dewasa suatu saat nanti.
KESIMPULAN
Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit berupa peradangan superfisial dengan papuloskuamosa yang kronik Dermatitis seboroik pada anak merupakan suatu penyakit yang tidak berbahaya dan dapat sembuh spontan meski tanpa perawatan.(6) Bila dermatitis ini membutuhkan perawatan, cukup hanya dengan mengontrol(15) dan membersihkan skuama dan krusta pada lesi serta mencegah kemungkinan timbulnya infeksi sekunder.
Dermatitis seboroik pada anak memiliki prognosis yang baik dan dapat sembuh sendiri secara spontan.
Dermatitis seboroik disebabkan oleh adanya peningkatan produksi sebum pada daerah kulit kepala dan daerah wajah yang terdapat banyak folikel sebasea.Meskipun, demikian, penyebab pasti dari dermatitis seborik belum diketahui tetapi seringkali dihubungkan antara reaksi inflamasi pada kulit dengan Pityrosporum ovale. Beberapa faktor lain turut menjadi predisposisi sebagai pemicu dermatitis seboroik seperti faktor genetik dan lingkungan, hormonal, kelainan imun dan neurologik.
Dermatitis seboroik paling sering terjadi pada dua puncak umur yakni pada kelompok anak dan dewasa. Pada kelompok anak sering didapatkan pada 3 bulan pertama kehidupan dan kelompok dewasa dalam dekade keempat hingga ke tujuh.
Dematitis seboroik pada anak khususnya pada kelompok bayi, dapat sembuh spontan dalam usia 6 hingga 12 bulan, sementara dermatitis seboroik pada orang dewasa dapat bersifat kronik dan membutuhkan perawatan seumur hidup.
EPIDEMIOLOGI
Dari seluruh jumlah populasi di Amerika Serikat hanya didapatkan sekitar 1-3 % yang menderita dermatitis seboroik dan 3-5 % diantaranya adalah dewasa muda tanpa adanya batasan umur.
Dermatitis seboroik bisa ditemukan pada seluruh ras, dan lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita.Hal ini mungkin disebabkan karena adanya aktifitas kelenjar sebasea yang diatur oleh hormon androgen.
Dermatitis seboroik dapat dijumpai pada bayi dan usia remaja. Pada bayi terjadi pada usia antara 2 sampai 10 minggu setelah kelahiran ( biasanya 3 atau 4 minggu ) dan dapat juga berlanjut seumur hidup. Selain itu bisa juga sembuh secara spontan dan biasanya tidak rekuren sampai mencapai usia postpubertas.
ETIOLOGI
Penyebab dari dermatitis seboroik belum diketahui secara pasti,tetapi sejenis jamur yaitu Pityrosporum ovale mungkin merupakan faktor kausatif. Jamur ini termasuk dalam kelas Malassezia sp. Dalam hidupnya sangat bergantung pada lemak,oleh karena itu sering ditemukan di daerah kulit yang kaya sebum seperti di badan, punggung, wajah dan kulit kepala. Manifestasi seboroik dermatitis yang dipicu oleh jamur ini juga dapat berupa dandruff ( pityriasis sicca ) yang diduga merupakan tipe non-inflamasi dari dermatitis seboroik.
Meskipun jamur ini merupakan flora normal kulit, bila jumlahnya berlebih ataupun karena respon imun host yang abnormal, maka dapat bermanifestasi sebagai dermatitis seboroik. Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbaikan setelah pemberian antifungal seperti ketokonazol baik topikal maupun sistemik. Faktor genetik dan lingkungan sekitar mungkin dapat pula sebagai pemicu dermatitis seboroik, disamping faktor hormonal dan imun.
Berikut ini beberapa hal yang berpotensial menyebabkan dermatitis seboroik.
- Aktivitas kelenjar sebum yang berlebihan
- Infeksi Pityrosporum ovale
- Infeksi oleh Candida atau Staphylococcus
- Hipersensitif terhadap bakeri ataupun antigen epidermal
- Kelainan neurotransmiter (mis : pada penyakit parkinson)
- Respon emosional terhadap stres atau kelelahan
- Proliferasi epidermal yang menyimpang
- Diet yang abnormal
- Obat-obatan (arsen, emas, metildopa, simetidin, dan neuroleptik)
- Faktor lingkungan (temperatur dan kelembaban)
- Imunodefisiensi
Walaupun banyak teori yang disebutkan, tetapi penyebab pasti dari dermatitis seboroik belum diketahui secara pasti.
Dermatitis seboroik dihubungkan dengan adanya kulit yang tampak berminyak (seboroik oleosa), walaupun peningkatan produksi sebum tidak selalu didapatkan pada beberapa pasien. Pada anak-anak, produksi sebum dan dermatitis seboroik saling berhubungan. Pada pemeriksaan histologik, kelenjar sebasea berukuran besar. Selain itu didapatkan juga perubahan komposisi lipid pada permukaan kulit yang menunjukkan adanya peninggian kadar kolesterol, trigliserida dan parafin, yang disertai penurunan kadar squalene, asam lemak bebas dan wax ester.
Dermatitis seboroik yang disebabkan oleh Pityrosporum ovale berkaitan dengan reaksi imun tubuh terhadap sel jamur di permukaan kulit maupun produk-produk metabolitnya di dalam epidermis. Reaksi peradangan yang timbul melalui perantaraan sel langerhans dan aktivasi limfosit T. Bila Pityrosporum ovale telah berkontak dengan serum, maka akan dapat mengaktifkan sistem komplemen melalui jalur aktivasi langsung maupun alternatif. Pada anak, selain Pityrosporum ovale, sering pula ditemukan Candida albicans pada lesi-lesi kulit .
Peningkatan proliferasi epidermal pada dermatitis seboroik, menjelaskan mengapa penyakit ini cukup responsif pada terapi dengan sitostatik. Selain itu, dermatitis seboroik sering berkaitan dengan kelainan-kelainan neurologik seperti penyakit parkinson pasca ensefalitis, epilepsi, trauma supraorbital, paralisis nervus fasialis, polimielits, siringomielia, dan kuadriplegia. Kelainan pada sistem neurologik menyebabkan abnormalitas pada neurotransmitter dan bermanifestasi sebagai gangguan fungsi kelenjar sebum.Hal ini berdasarkan fakta, bahwa beberapa obat yang dapat menginduksi parkinson ternyata juga dapat menginduksi dermatitis seboroik, sementara pemberian L-dopa selain memperbaiki kondisi parkinson, juga lesi kulit dengan dermatitis seboroik.
GAMBARAN KLINIK
Secara umum tempat predileksi dari dermatitis seboroik meliputi kulit kepala, alis, bulu mata, lipatan nasolabial, bibir, telinga, dada, ketiak, lipatan bawah payudara, pusar, lipatan paha, dan lipatan bokong. Bisa dengan atau tanpa disertai rasa gatal.
Lesi di kulit kepala dapat bermanifestasi menjadi dua tipe :
- Pityriasis sicca : tipe yang kering,biasanya berawal dari bercak yang kecil yang kemudian meluas ke seluruh kulit kepala berupa deskuamasi kering, dan dengan membentuk skuama halus (ketombe).
- Pytiriasis steatoides : tipe yang basah, ditandai oleh skuama yang berminyak disertai eritema dan akumulasi krusta yang tebal. Pada tipe yang berat dapat disertai dengan erupsi psoriasiformis, eksudat, krusta yang kotor serta bau yang busuk.
Pada anak sering dimulai dengan skuama eritem yang non eksematous pada kulit kepala (cradle cap) atau di daerah selangkangan yang bermanifestasi sebagai skuama kering atau bercak bulat/oval berbatas tegas dengan ukuran bermacam-macam yang ditutupi oleh krusta berminyak berwarna coklat kekuningan. Dimana di daerah frontal dan parietal tanpa disertai kemerahan. Cradle Cap ini biasanya muncul dalam 3 sampai 4 minggu setelah kelahiran, dan dapat meluas disertai eritema ke daerah wajah, dada, selangkangan dan daerah-daerah flexural. Meskipun dermatitis seboroik pada anak memiliki ciri yang mirip dengan dermatitis seboroik pada orang dewasa tapi jarang dengan lesi folikular.
Di daerah supra orbital, skuama berlapis tampak di alis dengan dasar yang eritema dan gatal. Dapat terjadi marginal blepharitis bila sudut dari kelopak mata menjadi eritem dan granular. Skuama halus berwarna merah muda kekuningan sering menutupi kelopak mata.
Lesi di bibir jarang ditemukan, tapi bila ada akan bermanifestasi sebagai Cheilitis Eksfoliativa dimana bibir tampak menjadi kering, kemerahan, berskuama dan pecah-pecah.
HISTOPATOLOGI
Gambaran histopatologis dermatitis seboroik tidak spesifik berupa hiperkeratosis, akantosis, fokal spongiosis dan parakeratosis. Dibedakan dengan psoriasis yang memiliki akantosis yang regular, rete ridges yang tipis, eksositosis, parakeratosis dan tidak dijumpai spongiosis. Neutrofil dapat dijumpai pada kedua jenis penyakit.
Secara umum terbagi atas tiga tingkat : akut, sub akut dan kronik. Pada akut dan sub akut, terdapat sedikit infiltrat perivaskuler berupa limfosit dan histiosit, ada spongiosis dan hiperplasia psoriasiformis. Dapat pula ditemukan folikel yang tersumbat oleh proses ortokeratosis dan parakeratosis ataupun oleh krusta-skuama yang mengandung neutropil yang menutupi ostium folikularis.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat untuk menyingkirkan tinea kapitis maupun infeksi yang disebabkan kuman lainnya.
- Pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan dermatitis atopik.
- Pemeriksaan komposisi lemak pada permukaan kulit dimana memiliki karakteristik yang khas yakni menigkatnya kadar kolesterol, trigliserida dan parafin disertai penurunan kadar squalene, asam lemak bebas dan wax ester.
Diagnosis banding dermatitis seboroik tergantung pada lokasi dari kelainan dan umur dari pasien. Pada anak, diferensial diagnosisnya adalah dermatitis atopik, tinea kapitis dan psoriasis.
Ciri khas yang paling berguna sebagai pembeda dermatitis seboroik dari dermatitis atopik adalah adanya lesi yang makin meningkat jumlahnya di daerah dahi dan dagu pada tahap awal, dan di axilla pada tahap lebih lanjut. Selain itu dermatitis seboroik biasanya hilang spontan dalam usia 6-12 bulan. Tes-tes dengan bahan-bahan allergen dan pemeriksaan kadar IgE merupakan tanda khas dermatitis atopik.
Untuk menyingkirkan tinea kapitis dapat dilakukan pemeriksaan kerokan kulit da kultur jamur.
Psoriasis meskipun jarang pada bayi, memiliki ciri yang mirip dengan dermatitis seboroik. Bedanya terletak pada plak-plak yang eritem di celah pantat; lesi yang terlokalisir dengan fenomena Koebner, Auspitz dan tetesan lilin; dapat mengenai kuku , riwayat keluarga positif, dan tidak berespon terhadap pengobatan topikal khusus untuk dermatitis seboroik.
Beberapa penyakit kulit lainnya sebagai diferensial diagnosis dari dermatitis seboroik pada anak :
- Dermatitis kontak iritan
- Dermatitis diaper iritan
- Kandidosis
- Dermatitis kontak alergi
- Dermatofita
- Pedikulosis kapitis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gambaran klinis maupun hasil dari pemeriksaan penunjang. Dari riwayat didapatkan bahwa dermatitis ini terjadi pada bayi terutama yang berusia 1 bulan, tampak sebagai peradangan yang mengenai kulit kepala dan lipatan-lipatan intertriginosa yang disertai skuama berminyak dan krusta. Daerah-daerah lain seperti seperti bagian tengah wajah, dada dan leher juga dapat terkena. Pada kasus yang berat sering didapatkan bercak-bercak kemerahan berlapis dan tidak gatal di wajah, badan dan tungkai.
Karakteristik skuamanya khas. Kulit kepala di daerah frontal dan parietal akan ditutupi dengan krusta yang berminyak, tebal dan sering dengan fissura ( crusta lactea / milk crust, cradle cap ). Rambut tidak rontok dan peradangan jarang. Dalam perjalanannya, kemerahan semakin meningkat dan daerah dengan skuama akan membentuk bercak eritem yang jelas dan diatasnya dilapisi skuama berminyak. Dapat terjadi perluasan hingga ke frontal melampaui daerah yang berambut. Lipatan retroaurikular, daun telinga dan leher juga sangat mungkin terkena. Otitis eksterna, dermatitis intertriginosa maupun infeksi-infeksi oportunistik dari C. albicans, S. aureus, dan bakteri-bakteri lainnya, sering muncul bersama-sama dengan dermatitis seboroik.
PENATALAKSANAAN
Dermatitis seboroik pada anak biasanya sembuh sendiri secara spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan cenderung tidak rekuren hingga mencapai usia pubertas. Secara umum, terapi bekerja dengan prinsip mengkontrol, bukan menyembuhkan, yakni dengan membersihkan dan menghilangkan skuama dan krusta, menghambat kolonisasi jamur, mengkontrol infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal.
Khusus untuk perawatan kulit kepala dapat dilakukan berbagai terapi: skuama dihilangkan menggunakan sisir yang lembut khusus untuk bayi, pembersihan krusta menggunakan larutan asam salisilat 3-5% dalam minyak zaitun ataupun pelarut air, pengkompresan kulit kepala dengan minyak zaitun hangat (untuk skuama yang tebal), pengolesan kortikosteroid berpotensi rendah (hidrokortison 1%) dalam bentuk krim atau lotion dalam beberapa hari, penggunaan sampo ringan khusus untuk bayi, dan perawatan kulit kepala bayi lainnya yang cocok menggunakan emolien, krim ataupun pasta lembut. Bila ada infeksi sekunder khususnya yang disebabkan oleh staphylococcus, dapat diberikan anti biotik oral.
Untuk dermatitis seboroik yang berlangsung sangat lama dan penggunaan steroid telah memberikan efek samping yang merugikan, pertimbangan menggunakan obat-obatan lain yang efektif terus dilakukan. Beberapa preparat seperti tacrolimus, pimecrolimus dan inhibitor calcineurin yang efektif pada pengobatan dermatitis atopik, ternyata juga efektif diberikan untuk mengatasi penyakit dengan inflamasi lainnya, termasuk dermatitis seboroik.(10,13) Sementara metronidazole, dilaporkan cukup efektif dalam terapi dermatitis seboroik sebagai pengganti ketokonazole.
PROGNOSIS
Dermatitis seboroik pada anak memiliki prognosis yang baik. Dapat sembuh sendiri secara spontan dalam 6 hingga 12 bulan dan mungkin dapat timbul kembali saat memasuki usia pubertas. Meskipun demikian, bila terkena dermatitis seboroik pada saat kanak-kanak , bukan berarti memiliki indikasi akan terkena dermatitis seboroik tipe dewasa suatu saat nanti.
KESIMPULAN
Dermatitis seboroik merupakan kelainan kulit berupa peradangan superfisial dengan papuloskuamosa yang kronik Dermatitis seboroik pada anak merupakan suatu penyakit yang tidak berbahaya dan dapat sembuh spontan meski tanpa perawatan.(6) Bila dermatitis ini membutuhkan perawatan, cukup hanya dengan mengontrol(15) dan membersihkan skuama dan krusta pada lesi serta mencegah kemungkinan timbulnya infeksi sekunder.
Dermatitis seboroik pada anak memiliki prognosis yang baik dan dapat sembuh sendiri secara spontan.